Tuesday, January 5, 2016

Pesan dari Seseorang yang Tak Ingin Kau Baca

Hai, kali ini aku tidak akan membahas hal itu lagi. Hal yang sudah tak sanggup untuk kuceritakan lagi. Hal yang sudah kututup rapat dan kuletakkan dalam kotak pandora. Dan tolong jangan paksa aku untuk membukanya. Kali ini, aku hanya ingin sedikit bercerita perihal puluhan hari yang telah kulalui, terhitung sejak kau pergi.
Beberapa hari setelah kau pergi, tangis masih enggan pergi. Udara panas di luar membuat hariku semakin gelap. Langitku mendung tak karuan. Tak ada yang ingin kulakukan selain meracau sendirian. Mungkin, kau tak pernah merasakannya, dan aku berdoa agar kau tak pernah merasakannya. Ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya. Percayalah, itu lebih menyakitkan dibanding perdebatan hebat kita beberapa bulan lalu. Dan asal kau tau, perlakuanmu macam itu tak akan membuatmu terlihat sebagai lelaki dewasa. Sungguh. Kau hanya akan terlihat sebagai remaja yang tak tahu arah.
Baiklah, aku tak akan mengungkit hal macam itu lagi. Toh, tak ada niat sedikitpun untuk mengutuk atau mendendam kepadamu. Semoga keputusan yang kau ambil dan melahirkan luka di hidupku akan membuat hidupmu semakin baik. Kau tak perlu lagi memikirkan hal-hal konyol yang seringkali kita perdebatkan. Kau tak perlu lagi meminta maafku berkali-kali saat brbuat salah, aku tau hal itu hanya akan menyusahkanmu. Kau tak perlu lagi membatalkan janjimu pada siapapun hanya untuk mengajakku pergi, seperti terakhir kali kita menghabiskan waktu berdua. Kau tak perlu lagi menemuiku di tengah kesibukanmu bersama teman-teman kampusmu. Kau tak perlu lagi mendengarkan obrolan teman-temanku saat kau sedang bersama kami. Kau tak perlu lagi menungguku keluar kelas hanya untuk mengobrol atau makan di luar, aku tau hal itu hanya akan menghabiskan waktumu yang sangat kau hargai.
Hiduplah layaknya dulu kau bahagia. Aku baik-baik saja sekarang, layaknya kau yang memang baik-baik saja tanpaku. Kelak, jika kita bertemu kembali, yakinkan aku bahwa kita hanya dua orang yang saling kenal nama agar kau tak sungkan untuk menyapa. Yakinkan pula dirimu bahwa dalam perpisahan kita tak pernah ada yang salah, agar kau tak perlu lagi menghindar. Duduklah lagi bersama, sejajar, dan mari perbincangkan betapa bahagianya kita tanpa salah satunya.

No comments:

Post a Comment